Powered By Blogger

Kamis, 20 Juli 2017

Ojek Online Tak Seharusnya Dihilangkan

Berkat kemajuan teknologi saat ini, kehidupan manusia menjadi sangat terbantu. Internet adalah salah satu hasil dari teknlogi. Internet membantu kehidupan manusia di berbagai bidang. Tidak hanya sebatas berselancar atau berinteraksi din media soaial, tetapi juga soal pemesanan transportasi. Kita tidak lagi direpotkan dengan berdiri di pinggir jalan atau menghabiskan pulsa untuk mendapatkan kendaraan umum.

Ojek online hadir untuk memudahkan itu semua. Dengan adanya internet, pengguna bisa memesan ojek online melalui gawai pintar mereka dan tinggal menunggu duduk manis di rumah, maka si  ojek pun akan tiba tepat di depan rumah. Tidak hanya mengantar anda ke tempat tujuan, membeli makanan dan mengirim barang pun bisa dilakukan oleh ojek online ini tanpa harus bersusah payah melakukan semuanya sendiri.

Kehadiran ojek berbasis aplikasi ini menimbulkan efek domino. Pengguna jelas diuntungkan dengan adanya layanan ini. Kita dapat menghemat waktu, energy dan biaya dengan menggunakan ojek online.

Dari segi pengemudi juga ada. Syarat yang cukup mudah untuk bergabung dengan tidak adanya keahlian khusus tertentu atau gelar di bidang akademik membuat siapa saja yang memenuhi syarat dapat bergabung. Syarat yang diajukan oleh perusahaan pun cukup mudah, yaitu KTP, SIM STNK dan SKCK yang masih berlaku dan juga tentunya test mengemudi.
T
idak hanya dari pengguna maupun pengemudi, pedagang atau rumah makan yang bekerjasama dengan ojek berbasis aplikasi mendapatkan keuntungan juga. Dengan adanya ojek online mereka dapat meningkatkan penjualan dan mendapatkan cara alternative penjualan, karena ojek online dapat menjangkau jarak pengiriman yang cukup jauh.

Dengan segala keuntungan yang ada, tetap saja ada pihak yang tidak suka dengan kehadiran ojek online. Pihak tersebut adalah yang merasa dirugikan karena lading uangnya diambil. Tukang ojek pangkalan atau yang disebut opang, pengemudi taksi, dan juga pengemudi kendaraan umum. Pihak-pihak ini sudah sering membuat aksi-aksi penolakan di berbagai daerah.

Opang juga suka membuat area sendiri dan melarang ojek online menaikkan penumpang di area yang sudah ditentukan. Sudah banyak bentrokan yang terjadi antar pengemudi ojek online dan ojek pangkalan karena menaikkan penumpang di dekat tempat mereka berkumpul.

Pengemudi taksi juga merasakan hal yang sama. Pada bulan maret 2017 terjadi demo besar-besaran para pengemudi taksi terhadap transportasi online yang dianggap mengambil lahan kerja mereka. Tetapi sekarang sudah ada beberapa perusahaan taksi yang menjalin kerja sama dengan perusahaan transportasi online.

Ojek online adalah solusi dari berbagai masalah yang ada di masing-masing individu. Solusi untuk tukang ojek pangkalan sudah jelas bahwa mereka dapat bergabung bersama ojek online. Perusahaan ojek online juga memberikan pintu kesempatan yang lebar untuk pengemudi ojek pangkalan bergabung. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan taksi sudah cukup tepat. Merka dapat melebur dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan perusahaan mereka tanpa harus menjatuhkan satu sama lain.


Apakah ojek online harus dihapuskan? Sepertinya tidak. Ojek online adalah buah dari kemajuan teknologi. Bagaimana bisa kita menolak untuk maju dan memilih untuk tetap atau bahkan mundur?

Kamis, 13 Juli 2017

Tidak Seharusnya Rambut Pemain Sepak Bola Diatur.

Dalam sepak bola modern, pemain sepak bola identik dengan rambut. Untuk sekarang ini tentu kita akan tahu dengan Cristiano Ronaldo. Ya, sebagai pria yang menjadi sorotan dunia, model rambut sangat penting baginya. CR7, julukan Cristiano Ronaldo, acap kali mengganti model rambutnya. Entah warna rambut, model, atau sekarang dia bahkan menggunakan gaya cepak.

Nama lain, tentu kita tidak boleh melupakan manusia termahal di dunia sepak bola, Paul Pogba. Sama seperti pemain bola yang peduli akan rambut, punggawa ini sering mengganti model rambutnya. Bahkan dia sempat dijadikan lelucan bahwa model rambut dia selama di Manchester United (MU) lebih banyak dari kontribusi yang dia berikan.

Untuk era yang lebih mundur lagi. Kita kenal dengan pria flamboyant yang sangat modis baik di luar ataupun di dalam lapangan, siapa lagi jika bukan David Beckham. Gelandang yang pernah bermain untuk Manchester United, David Beckham, dan AC Milan ini dikenal dengan berbagai model rambutnya. Jika pria jatuh cinta dengan kemampuan olah bola dan kehebatan tendangan bebasnya, maka para wanita jatuh cinta dengan badannya yang atletis, wajahnya yang tampan, dan tentu rambutnya yang unik dan kece.

Itu adalah contoh beberapa pemain sepak bola hebat yang memiliki hobi gonta-ganti rambut. Di Indonesia, ada kabar yang sedang hangat dan menjadi kontroversi di dunia sepak bola Indonesia. Musababnya adalah Ketua Umum PSSI saat ini yang juga Pangkostrad TNI Letjen Edy Rahmayadi menyarankan para pemain timnas mencukur rambutnya menjadi cepak. Hal itu sontak menimbulkan pro-kontra di antara penggemar sepak bola.

Rambut cepak identik dengan TNI. Hal yang wajar jika Edy menyarankan seperti itu mengingat lata belakangnya adalah tentara. “ Cukurlah rambutmu menjadi cepak. Pemain bola itu petarung. Tak sempat memainkan rambut ketika bertanding. Tentara sama pemain bola itu sama. Apa ikut pemain luar negri yang rambutnya diwarnain, Yang diikuti itu mainnya bukan rambutnya,” tegas Edy.
Edy benar, pemain sepak bola adalah prajurit, mereka juga membela negara ketika dipangil ke timnas. Tetapi, tentu mereka berbeda dengan tentara. Latar belakang berbeda, medan perang berbeda, budaya yang berbeda, cara bertarung dan juga senjata yang digunakan juga berbeda.

Tidak adil jika kita menyamakan mereka berdua dengan setara. Tentara memang peraturannya rambut harus cepak, tetapi pemain bola tidak. Biarkan para pemain berkreasi sesuka mereka. Terkadang, model rambut bisa saja menjadi penyemangat saat bermain.

Urusan rambut seharusnya menjadi hak masing-masing, sama seperti agama, mereka bisa memilih apa yang mereka mau, suka, dan cocok tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak lain. Pemain bebas mau menggunakan model rambut apa.

Ketiga pemain di pembuka artikel ini adalah contoh pemain sepak bola yang hebat dan sukses meski gaya rambut mereka beragam. Secara langsung, model rambut dan skill bermain tidak berkorelasi. Jago ya jago, tidak ya tidak, apa pun model rambutnya.

Sekali lagi, rambut itu hak masing-masing pemain. Di lapangan, mungkin rambut hanyalah sebatas gaya. Tapi tentu gaya permainan tidak terpengaruh oleh model rambut. Ada pemain yang rambutnya dibuat bebrgai model, unik, diwarnain, toh skill tetap ada, tetap berprestasi. Cepak atau botak pun begitu, ada yang jago ada yang tidak.

Kalau berbicara disiplin, hukumlah yang menentang intruksi pelatih, atau yang mangkir saat latihan. Bukan karena rambutnya, mereka bukan anak sekolah lagi yang rambutnya diatur-atur.

Daripada mengurusi soal rambut, ada baiknya PSSI focus ke sektor teknis yang lebih penting. Membenahi struktur, Merapihkan peraturan. Untuk hal ini, Liga 1 sering diolok menjadi liga suka-suka. Seringnya PSSI membuat atau mengganti peraturan secara tiba-tiba, dan juga tidak konsistensi soal peraturan tersebut.

Wasit juga menjadi sorotan utama tentunya. Banyak yang mengeluhkan standar danm kualitas wasit yabg bertugas masih jauh dari kata baik. PSSI bisa fokus berbenah di sketor ini, akrena sangat vital. Pengembangan pemain muda juga penting, untuk berkelanjutan dan regenerasi pemain di setiap daerah. Prestasi masa depan dimulai dari pengembangan pemain muda pada saat ini. Pengembangan pemain jelek? Jangan harap akan meraih prestasi optimal di kemudian hari.


Banyak negara dan tim juara karena keahlian pemainnya, bukan model rambutnya. Medan perang yang dihadapi prajurit ini adalah lapangan sepak bola, yang mempunyai cerita dan keunikannya sendiri. Saat berada di lapangan, semua mata tertuju kepada pemain, maka dari itu, mereka tidak mau tampil mengecewakan dari segi permainan, maupun penampilan. (AP29)

Rabu, 03 Mei 2017

Persaingan Sesama Pengemudi Ojek Online



Mkhitaryan baru saja menepi di samping pusat berbelanjaan terbesar di Jakarta, dengan mengenakan atribut khas ojek online. Dia menyalakan sebatang rokok untuk menemaninya. Ia menepi untuk beristirahat sambil menunggu untuk mendapatkan order. Cukup lama ia menunggu, tetapi orderan yang ia tunggu tak datang juga. Tiba-tiba saja, datang pengemudi lain dan langsung membawa penumpang yang telah memesannya. Mkhitaryan pun bingung, mengapa ia tidak mendapatkan order, sedangkan pengemudi yang lebih jauh lokasinya bisa langsung mendapatkan order?

Ryan mengaku, dia pernah mendengar selentingan kabar mengenai pengunaan aplikasi tuyul. Tuyul yang dimaksud bukanlah tuyul asli, tetapi aplikasi yang fungsinya sama dengan tuyul, yaitu menguntungkan. “Ya orang curang sih ada aja mas,kita sih bekerja secara jujur aja yah,” ucapnya. 

Ditanya mengenai tuyul, meskipun ia pernah mendengar, tetapi ia tidak mengetahui cara kerjanya. “Katanya sih ada aplikasi yg namanya tuyul atau titik. Tapi saya ga tau cara kerjanya kaya gmn,” tambahnya.

Selain disebut tuyul, metode ini juga disebut sebagai ‘titik’ atau ‘nitik’. Maksudnya adalah meletakkan titik gps tidak sesuai dengan lokasi kita. Kasus Mkhitaryan di atas adalah contohnya. 
Ketika si pengemudi yang menggunakan titik, maka dia akan meletakkan titiknya di  dalam mall, sedangkan dia bisa saja menunggu di tempat yang agak jauh. Orderan akan datang ke si pemasang titik terlebih dahulu, meski dia agak sedikit jauh lokasinya daripada pengemudi yang menunggu di luar mal, karena pengemudi lain memasang titiknya di dalam mal.

Meski banyak praktik curang, tetapi bagi Redo yang juga pengemudi ojek online tidak terlalu mempersalahkannya. “tidak menjadi sebuah masalah yang berarti untuk driver jujur seperti saya,” ucapnya.

Aplikasi yang digunakan untuk nitik ini dikenal dengan nama fake gps. Aplikasi untuk memalsukan lokasi gps. Dalam kasus yang lebih rumit, ada yang bahkan mampu membuat lebih dari 1 titik palsu. Tititk ini bisa disebar ke beberapa lokasi sekaligus.

Pengemudi lain, Tomi, juga mengatakan ada jenis kecurangan lain, yakni order fiktif. Hal ini dilakukan dengan mekanisme memnita bantuan oang lain agar memesan diri kita. Hal ini dilakukan biasanya untuk pengemudi yang searah pulang atau karena mengincar bonus. Tidak hanya itu, Tomi juga memberitahukan bahwa perbuatan itu bisa saja merugikan pengemudi lain. “Misal orderan diterima pengemudi lain, dia bisa rugi karna dibatallkan, tapi kalo order langsung saya yg terima tidak ada kerugian untuk driver lain,” jelasnya. 

Berbeda dengan aplikasi tuyul, order fiktif ini tidak selalu merugikan. Order fiktif akan merugikan jika ‘salah tembak’ atau ternyata pengemudi yang menerima orderan bukan pengemudi yang dituju. Di setiap ojek online ada mekanisme presentase penerimaan, inilah yang membuat pengemudi dirugikan jika order yang diterima dibatalkan oleh si pemesan, jika kurang dari batas yang ditentukan, maka bisa saja bonus tidak cair.

Para pengemudi pun mengaku tidak mau ambil pusing dengan praktik curang ini. Mereka sadar bahwa sudah ada yang mengatur jalannya rezeki, jadi tidak usah iri atau menggunakan cara curang juga untuk mendapatkan order. 

Tetapi diharapkan pengemudi yang melakukan cara curang seperti ini dapat menyadari kesalhannya dan segera berhenti merugikan pengemudi lain. “Hargai usaha orang orang yg bekerja dengan jujur, tidak semua yg kalian makan akan menjadi hal yg nikmat sesungguhnya itu hanya lah kesenangan sesaat yg tidak memiliki arti,” tegas Redo.

Sabtu, 15 April 2017

OJEK ONLINE: SEJAHTERAKAH PENGEMUDI MEREKA?

Ketiga Pemain Besar Ojek Online, Uber, Grab, Gojek

JAKARTA – Kehadiran transportasi online beroda dua atau yang biasa kita kenal dengan ojek online sangat membantu masyarakat dalam urusan transportasi. Tidak hanya dapat mengantarkan kita ke tujuan yang kita tuju, tetapi juga dapat membelikan kita makanan, atau sekedar mengantar barang ke tempat lain. Dampaknya juga luas, banyak masyarakat yang mendapatkan mata pencaharian baru ini sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Dari jumlah pengguna jasa ojek online yang banyak dan juga jenis layanan yang beragam membuat orderan tentu ramai, tetapi apakah mitra pengemudi merasakan kesejahteraan dari pekerjannya ini?

Saat ini hanya ada tiga pemain besar saja dalam dunia transportasi online. Sebelumnya yang lain juga menjamur, sebelum hilang karena kalah bersaing. Ketiga pemain utama itu adalah Gojek, Grab, dan Uber. Gojek ada sejak 2010, Grab masuk ke Indonesia pada tahun 2015, sedangkan Uber lebih muda kehadirannya di Indonesia, masuk pada April 2016.  Gojek memiliki layanan yang paling lengkap, selain mobil (Gocar) ada Go-Ride, Go-Send, GO-Food, dan Go-Mart. Setiap pengemudi dapat menerima pesanan dari tipe layanan tersebut. Sedangkan Grab, dalam layanan roda dua-nya hanya memili Grabbike, GrabFood dan GrabExpress. Berbeda dengan kompetitor lainnya yang memiliki layanan yang beragam, Uber hanya memiliki layanan antar orang berupa UberX dan UberMoto.

Berbicara soal kesejahteraan, berarti mengenai pendapatan pengemudi, insentif atau bonus, transparansi pembayaran, dan layanan lain semisal asuransi. Menjadi primadona para pencari nafkah, teryata tidak semua pengemudi merasa sejahtera. Untuk masalah insentif  dan transparansi Gojek yang paling baik diikuti oleh Grab dan Uber.


Tidak hanya mereka yang membutuhkan pekerjaan saja yang mencoba peruntungan menjadi pengemudi ojek online. Banyak dari mereka yang menjadikan ojek online ini sampingan. Tidak terbatas pada pegawai atau yang sudah mempunyai pekerjaan tetap saja, tetapi juga banyak mahasiswa yang menjadikan ojek online ini sambilan untuk menambah uang jajan mereka.

Seperti yang dituturkan oleh Naufal, pengemudi Gojek dan juga mahasiswa di sebuah universitas di Jakarta Timur yang dia wawancara via aplikasi pesan instan pada Jumat (12/04/2017). Dia mengisahkan aktivitas dia menyambi ojek online sembari kuliah sebagai aktivitas utama.

“Kalo dibilang sejahtera dari segi income, insentif, dsb saya rasa sudah cukup ya, karena kebetulan saya masih mahasiswa yang belum memilki banyak tanggungan dan gojek hanya sebagai sampingan saya untuk mencari uang tambahan,” jelas Naufal.

Hal yang berbeda disampaikan oleh salah satu driver Grab yang juga mahasiswa dan menyambi sebagai pengemudi Grab. Jika Naufal yang sambilan merasa cukup di Gojek, tidak demikian dengan Dimas pengemudi Grab.

“Sebab, kita harus mencapai angka penerimaan 60% untuk mendapatkan insentif, misalnya tidak sampai 60% maka insentif kita hangus atau tidak dapat sama sekali, jelasnya.

Meskipun dari pendapatan saja Grab sudah lumayan, tetapi Dimas masih mengeluhkan soal insentif dan transparansi pembayaran oleh pihak Grab ke pengemudi.

“Perhitungan insentifnya tidak jelas dan tidak transparan, kalo dari pendapatan menurut saya pribadi lumayan,” ujarnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh pengemudi Grab lainnya yang bekerja secara penuh waktu di Grabbike. Lukman, seorang pengemudi Grabbike yang mengemudi secara penuh waktu di Grabbike mengatakan jika sejahtera atau tidaknya pengemudi bergantung kepada diri pengemudi masing-masing.

“Jika kita rajin, ya pendapatan akan semakin banyak,” ujarnya.

Tetapi ia membandingkan Grab dengan Gojek, dan Gojek menurutnya lebih transparan dan jelas. 

“Untuk mekanisme di Grab saya akui cukup membingungkan dibanding dengan gojek yang lebih transparan. Karena jika di Gojek, mulai pembayaran, penilaian dari pelanggan, semua tertera. Sedangkan Grab, kadang penghitungan pembayaran berbeda dengan apa yang kita dapat, dan penilaian dari pelanggan tidak bisa kita lihat langsung,” jelasnya.
                      
Pengemudi Grab tidak sendirian, pengemudi Uber juga merasakan hal yang sama, bahkan lebih parah. Dari insentif yang kecil jika dibandingkan dengan dua competitor lain, dan juga tarif yang paling murah di antara ketiganya.
Ditanya mengenai kesejahteraan, Surya, salah satu pengemudi Uber yang sudah bergabung sekitar 11 bulan bersama Uber, menjelaskan tentang insentif  Uber dan menanyakan balik apakah itu sejahtera atau tidak.

“Menurut anda, bagaimana dengan bonus 200 ribu melakukan 35x perjalanan satu minggu dan tarif 0-10km seharga Rp. 1250 dan  di atas 10km Rp. 2000 itu mensejahterakan?” Tegasnya.

Sebagai perbandingan, insentif yang berlaku di Gojek adalah sistem poin, dengan jumlah maksimal bonus yang didapat dalam sehari adalah Rp. 100.000. Rinciannya adalah:

§  12 Poin = Rp. 5.000
§  14 Poin = Rp. 25.000
§  16 Poin = Rp. 30.000
§  20 Poin = Rp. 40.000

Jelas sangat jauh jika dibandingkan dengan Uber yang hanya Rp. 200.000 seminggu. Ditambah, Gojek mempunyai beberapa layanan sehingga membuat pendapatan pengemudi semakin banyak.

Bonus yang diberikan oleh Gojek tentu bukan tanpa syarat. Ada persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin mendapatkan bonus, yaitu performa. Performa harus minimal 40% untuk mendapatkan bonus, perhitungannya adalah setidaknya kita menerima 4 order dari 10 order yang masuk.

Menurut Naufal, syarat seperti ini cukup  sulit dan berat. Naufal melanjutkan, biasanya performa tidak mencapai target karena banyaknya cancel yang dilakukan oleh pelanggan.

“Atau saat order Gofoood restaurant yang dituju tutup, sehingga terpaksa pengemudi melakukan pembatalan,” tambahnya.

Meski begitu, ia mengakui hal tersebut dapat ditutupi oleh banyaknya orderan yang berarti jumlah pengguna Gojek saat ini cukup banyak.

Naufal menambahkan, bahwa dia juga pernah menjadi mitra pengemudi Uber. Dia membandingkan antara Gojek dan Uber bahwa lebih sejahtera di Gojek karena dari tarif dasarnya saja sudah berbeda, jika di Gojek 2000 km saat bukan jam sibuk dan tentunya bertambah saat jam sibuk. Sementara Uber hanya 1250/km.

“Ya untuk saat ini masih Gojek yang paling bagus menurut saya untuk masalah kesejahteraan pengemudi,” tegasnya.

Untuk masalah kemudahan mendapatkan bonus, Lukman juga mengakui bahwa di Grab sedikit susah untuk mendapatkan bonus tersebut semenjak pemberlakuan kebijakan baru.

“Mudah atau tidak, sebenarnya biasa saja. Namun semenjak kebijakan insentif baru per-tanggal 10 April 2017 kemarin, saya akui cukup menyulitkan pengemudi. Karena minimal tingkat penerimaan pengemudi harus 60% jika ingin mendapatkan minimal argo, dan bonus-bonus yang lainnya.


Uber juga menerapkan sistem insentif yang tidak jauh berbeda. DI Uber, setiap pengemudi mendapatkan insentif sebesar Rp. 200.000 untuk setiap 35 perjalanan yang diselesaikan dalam Senin hingga Sabtu pagi pukul 04.00 WIB. Selain itu juga ada skema perkalian tariff ramai  1,1 sampai dengan perkalian 3,5 di area ramai.

Ketiga perusahaan ini juga memberikan promo guna menarik pelanggan sebelah untuk pindah jasa layanan, dan membuat pelanggan menjadi nyaman karena diuntungkan. Gojek memiliki Gopay atau dompet virtual yang menjadi alat pembayaran berbagai layanan Gojek. Ketika pelanggan memakai Gopay untuk pembayaran, maka ada berbagai potongan untuk layanan Goride, Gosend dan Gomart, dan bahkan gratis ongkos kirim untuk layanan Gofood.

Berbeda dengan Gojek,yang memiliki dompet virtual,  Uber hanya melayani pembayaran menggunakan kartu kredit atau pembayaran tunai. Sistem promo yang diberikan oleh Uber adalah memberikan kode promo kepada pelanggan untuk digunakan. Promonya berupa potongan harga selama periode tertentu atau pemesanan dari/ke tujuan tertentu. Tidak hanya berupa potongan, terkadang ada juga promo yang menggratiskan keseluruhan biaya perjalanan.

Grab juga memberlakukan sistem promo yang sama dengan Uber, bahkan Grab lebih variatif dalam mengeluarkan promo dan dilakukan berulang ketika masa promo habis, maka akan ada promo baru lagi. Selain melakukan pembayaran dengan tunai, Grab juga memiliki dompet virtual bernama Grabpay. Promo yang diberikan juga tidak beda jauh dengan promo Gopay dan Uber. Untuk pembayaran via tunai, promo juga berupa kode promo untuk mendapatkan potongan atau menggratiskan biaya perjalanan.

Selain kebijakan yang dibuat oleh perusahaan, beberapa factor lainnya yang dapat menghambat adalah jumlah orderan yang tidak tentu ada di setiap daerahnya. Faktor pengemudi yang jumlahnya semakin menjamur juga menjadi faktor lain. Selain itu, terkadang ada saja orang yang iseng membuat orderan palsu untuk menjatuhkan tingkat penerimaan atau performa setiap pengemudi.

Naufal berharap jika Gojek dapat memperbaiki sistemnya ke depan, karena aplikasi Gojek untuk pengemudi terkadang masih sering mengalami masalah. Naufal pun menganggap bahwa sistem kompensasi yang diberikan pihak Gojek sebaiknya dikaji ulang terutama soal poin dan performa yang memberatkan para pengemudi.

Dimas juga berharap ada perbaikan yang menguntungkan para pengemudi, sehingga pengemudi tidak merasa dirugikan.

“Semoga lebih baik dari sebelumnya, hargai para pengemudi, jangan sering membuat promo, karena biayanya sudah sangat murah,” harapnya.

Hal yang senada juga diharapkan oleh Lukman. Dia berharap Grab bisa lebih transparan dalam segi pembagian bonus, insentif, penilaian, dan lain-lain.

“Apalagi akhir-akhir ini  seringkali Grab membuat potongan harga kepada pelanggan. Sehingga para pengemudi yang dibebankan dengan peraturan yang bisa dibilang cukup berat, harus pula menanggung harga yang tidak penuh, alias potongan harga yang terlalu sering diadakan,” keluhnya.

Para pengemudi Uber menganggap layanan antar orang saja tidak cukup, karena sudah ketinggalan dari competitor lain. Surya pun berharap  adanya layanan pengiriman barang (UberRush) dan makanan (UberEats). Dia beranggapan bahwa jika Uber membuka layanan itu di Indonesia, konsumen Uber akan bertambah yang berefek kepada penghasilan mitra Uber itu sendiri.

“Karena jika mengharap kenaikan intensif, tarif dan skema bonus, saya rasa tidak mungkin. Yang sudah-sudah insentif malah menurun dari waktu ke waktu, dan berlanjut. Melihat dari pengalaman ini saya pesimis jika akan membaik,” tutupnya.

Selasa, 17 Januari 2017

Ojek Online Yang Mendominasi


Perbincangan singkat biasa terjadi saat penumpang ingin menaiki motor, seperti driver menawarkan helm, masker dan haircap.


Tidak hanya bergerombol, terkadang pengemudi cukup seorang diri untuk berhenti di pinggir jalan sekedar mengecek handphone.


Salah satu pengemudi Gojek sedang melayani layanan gofood, sebuah layanan yang memungkinkan pelanggan memesan makanan via gojek.


Para pengemudi ojek online ini biasa berkelompok, dan mempunyai bascampnya sendiri, untuk sekadat istirahat ditemani oleh tukang minuman keliling.


Untuk pengemudi yang tidak berafiliasi ke suatu grup, biasanya mereka terus memacu kendarannya sembari menunggu orderan masuk.


Jika lelah, sandarkan saja motor di pinggir jalan, dan istirahat senyaman mungkin di motor sambil menunggu orderan seperti bapak ini.



Di musim hujan, jas hujan adalah senjata utama untuk menerabas hujan saat membawa penumpang, agar tetap produktif meski hujan turun.

Selasa, 15 November 2016

#WAJAHJAKARTA

Kumpulan foto yang dibuat untuk memenuhi tugas UTS Jurnalistik Foto

1. Keke Driver Grab
Keke bekerja penuh waktu menjadi mitra Grabbike. Saat ditemui di basecampnya di samping pos satpam bank BNI pada Sabtu (12/11/2016) ia berbagi kisah selama menjadi pengemudi Grabbike. Meskipun pengemudi ojek online, Keke salut kepada pemerintah atas pembangunan mRT dan LRT.
Foto: Ananda Prima


"Saya Keke, Saya fulltime di grab sejak awal 2016, dulu saya kerja di kawasan Pulogadung di pabrik farmasi. Saya sudah berkeluarga dan mempunyai satu anak, saya tinggal di Semper.
Menurut saya lebih membaik di dari segi ekonomi saat di Grab ketimbang di kerjaan terdahulu, lebih simpel.
Keuntungan kerja di Grab itu penghasilan lebih besar, banyak teman, tau jalan, tau tentang motor
Kelemahan di Grab, terkadang suka double order, 1 order banyak driver, terkadang aplikasi error atau jaringan buruk.
Harapan untuk Grab ke depan, tingkatin lagi promonya, supaya dpt banyak penumpang, karena punya 2 saingan besar yaitu Gojek dan Grab
Harapan untuk Jakarta atasi macet, salut buat pembangunan transportasi massal MRT dan LRT"



2. Rohman Driver Uber
Rohman Driver Uber dari Pemalang. Rohman menunggu jam sibuk yang berlaku di Uber dan istirahat di trotoar depan Bank BNI, Senin (14/11/2016). Sudah berada di Jakarta sejak 2003, Rohman mempunyai pengalaman kerja yang cukup banyak, dari kondektur, hingga mitra pengemudi Uber. Rohman berharap skema bonus di Uber meningkat.
Foto: Ananda Prima

"Nama saya adalah Rohman, saya asli Pemalang. Saya di Jakarta sudah  dari tahun 2003. Saya menjadi mitra Uber sudah empat bulan di Uber, sebelumnya saya bekerja di interior desaign.
Saya mempunyai harapan untuk  Uber, yaitu skema membaik dan meningkat, agar driver sejahtera.
Saya juga mempunyai harapan buat Jakarta, yaitu  kebersihan dan ketertiban di jalan lebih ditingkatkan. Pengalaman saya di Jakarta cukup banyak, saya pernag menjadi kenek mobil, jualan nasgor, kerja di interior dan saekarang di Uber. Apapun itu asal kita tekun dan niat hasilnya pasti lumayan."


3. Restifan Driver Gojek
Restifan, 23, Driver Gojek dari Bekasi. Saat ditemui pada Senin (14/11/2016) dia selalu mengambil orderan kemanapun selama badan masih sanggup. Meskipun warga Bekasi, tak jarang Restifan 'terpental' ke Jakarta Barat. Sebagai mita pengemudi Gojek, ia berharap Jalanan Jakarta lebih aman.
Foto: Ananda Prima

"Perkenalkan, nama saya Restifan, Saya kerja fulltime sebagai mitra driver Gojek, Saya berdomisili di Harapan Indah, Bekasi. Sebagai driver Gojek tentunya wajib punya mental yang berani kelempar ke daerah jauh seperti sekarang ini. Saya sudah sejak smp tinggal di Bekas, sebelumnya di Bogor, saya juga pernah di Yunani ngikut orang tua, ayah sebagai supir, ibu asisten rumah tangga
di kota Athena. Saya sudah lima bulan di Gojek. Harapan saya buat Gojek semoga tetap bertahan di tengah persaingan yang ketat. Lebih perhatikan skema, dan poin dikurangi. Harapan saya untuk Jakarta adalah semoga Jakarta menjadi lebih baik, dari sisi infrastruktur, mengurangi aturan pembatasan motor, pembenahan di segala sisi, banjir bisa dukurangi dan jika memungkinkan penyiapan petugas dalam setiap ruas jalan untuk bisa mengawasi lalu lintas jika ada pelanggaran, kecelakaan atau tindak kejahatan semala 24 jam."


4. Antonius Driver Gojek
Antonius driver Gojek berusia 26 tahun ini bekerja secara penuh sebagai mitra pengemudi Gojek. Tuntutan pekerjaan yang mengharuskan menghabiskan waktu di jalanan, Anton berharap pemerintah memperbaiki jalan-jalan yang rusak karena berbahaya.
Foto: Ananda Prima
"Saya Antonius biasa dipanggil Anton. Saya sudah sejak kecil tinggal di Jakarta. Saya bekerja sebagai mitra driver Gojek. Sebagai driver, saya tenttunya berjibaku dengan jalanan setiap hari, Jalanan di Jakarta sebenernya kebanyakan kurang aman dan nyaman. Karena masih banyak jalan berlubang yang ukurannya cukup besar, jalanan yang kotor, sempit dan semrawutnya lalu lintas di ibukota. Harapan saya untuk Jakarta semoga pemerintah lebih memperhatikan kondisi jalanan yang ada terus melakukan perbaikan dengan kualitas terbaik, keadaan jalan diatur agar tidak semrawut lagi dan juga bagi para pengendara agar lebi tertib lagi, jika itu semua tercapai, maka jalanan akan lebih teratur dan kemacetan bisa sedikit terurai."


5. Deina, Kasir Carrefour
Denia yang bekerja sebagai kasir di Careefour Season City, sedang berada di Stasiun Kota untuk pergi ke Karawang ke rumah saudara pada Selasa (14/11/2016). Wanita asli Cirebon ini mengatakan jakarta lebih ramai daripada kampungnya. Tetapi keramian ini tetap tidak terasa sampai ke hati, karena tetap merasa sepi.
Foto: Ananda Prima

"Saya Deina, saya kerja di Carrefour sebagai kasir di Season City, sudah 2 bulan saya bekerja di sini, sebelumnya saya bekerja di Banten. Saya Asli Cirebon. Kesan saya selama di Jakarta, sukanya itu dapat banyak teman, kerjanya juga enak. Kalo dukanya ya jauh dari keluarga dan orang tua, dan juga 
ibu berada di Abu Dhabi. Jadi menurut saya keramaian di kota tidak terasa sampai hati. Saya juga punya teteh di Karawang dan ini mau mengunjunginya. Harapan saya buat Jakarta, gorong-gorong diperluas, banjir diatasi, sampah di kali dibersihkan, dilakukan penghijauan juga. Mengurangi demo, soalnya mengakibatkan macet. Walaupun Jakarta gaji lebih gede dan ramai, tapi tetep enakan di kampung walau lapangan kerja kecil dan umr rendah."

Sabtu, 04 Mei 2013

Hull City Promosi ke Premier League

Hull - Hull City menjadi tim kedua dari Divisi Championship yang memastikan diri promosi ke Premier League pada musim depan. Kepastian itu mereka dapat usai bermain imbang 2-2 dengan Cardiff City.

Menjamu Cardiff di Kingston Communications Stadium, Sabtu (4/5/2013), Hull tertinggal lebih dulu oleh gol Frazier Campbell pada menit ke-49. Tapi, Nick Proschwitz dan Paul McShane membuat mereka berbalik memimpin 2-1. Kemenangan Hull yang sudah di depan mata buyar setelah Cardiff menyamakan skor di injury time melalui penalti Nicky Maynard.

Hasil imbang 2-2 sudah cukup bagi Hull untuk mengamankan posisi kedua klasemen akhir Divisi Championship. Pasalnya, pada pertandingan lainnya, Watford malah kalah 1-2 dari Leeds United.

Di klasemen akhir, Hull menempati posisi kedua dengan koleksi 79 poin dari 46 pertandingan dan berhak promosi secara otomatis ke Premier League musim depan. Sementara itu, Watford berada di posisi ketiga dengan 77 poin dan akan menjalani play-off promosi bersama Brighton & Hove Albion, Crystal Palace, dan Leicester City untuk memperebutkan satu jatah tersisa.

Hull adalah tim kedua yang memastikan promosi ke Premier League. Cardiff yang menjadi juara Divisi Championship sudah melakukannya beberapa waktu yang lalu.

Hull sempat merasakan atmosfer Premier League selama dua musim sebelum terdegradasi pada tahun 2010. Setelah tiga musim berkompetisi di Divisi Championship, The Tigers akhirnya kembali ke jajaran elite pada musim mendatang.

Sumber: http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/05/04/230025/2238135/72/hull-city-promosi-ke-premier-league