Powered By Blogger

Kamis, 20 Juli 2017

Ojek Online Tak Seharusnya Dihilangkan

Berkat kemajuan teknologi saat ini, kehidupan manusia menjadi sangat terbantu. Internet adalah salah satu hasil dari teknlogi. Internet membantu kehidupan manusia di berbagai bidang. Tidak hanya sebatas berselancar atau berinteraksi din media soaial, tetapi juga soal pemesanan transportasi. Kita tidak lagi direpotkan dengan berdiri di pinggir jalan atau menghabiskan pulsa untuk mendapatkan kendaraan umum.

Ojek online hadir untuk memudahkan itu semua. Dengan adanya internet, pengguna bisa memesan ojek online melalui gawai pintar mereka dan tinggal menunggu duduk manis di rumah, maka si  ojek pun akan tiba tepat di depan rumah. Tidak hanya mengantar anda ke tempat tujuan, membeli makanan dan mengirim barang pun bisa dilakukan oleh ojek online ini tanpa harus bersusah payah melakukan semuanya sendiri.

Kehadiran ojek berbasis aplikasi ini menimbulkan efek domino. Pengguna jelas diuntungkan dengan adanya layanan ini. Kita dapat menghemat waktu, energy dan biaya dengan menggunakan ojek online.

Dari segi pengemudi juga ada. Syarat yang cukup mudah untuk bergabung dengan tidak adanya keahlian khusus tertentu atau gelar di bidang akademik membuat siapa saja yang memenuhi syarat dapat bergabung. Syarat yang diajukan oleh perusahaan pun cukup mudah, yaitu KTP, SIM STNK dan SKCK yang masih berlaku dan juga tentunya test mengemudi.
T
idak hanya dari pengguna maupun pengemudi, pedagang atau rumah makan yang bekerjasama dengan ojek berbasis aplikasi mendapatkan keuntungan juga. Dengan adanya ojek online mereka dapat meningkatkan penjualan dan mendapatkan cara alternative penjualan, karena ojek online dapat menjangkau jarak pengiriman yang cukup jauh.

Dengan segala keuntungan yang ada, tetap saja ada pihak yang tidak suka dengan kehadiran ojek online. Pihak tersebut adalah yang merasa dirugikan karena lading uangnya diambil. Tukang ojek pangkalan atau yang disebut opang, pengemudi taksi, dan juga pengemudi kendaraan umum. Pihak-pihak ini sudah sering membuat aksi-aksi penolakan di berbagai daerah.

Opang juga suka membuat area sendiri dan melarang ojek online menaikkan penumpang di area yang sudah ditentukan. Sudah banyak bentrokan yang terjadi antar pengemudi ojek online dan ojek pangkalan karena menaikkan penumpang di dekat tempat mereka berkumpul.

Pengemudi taksi juga merasakan hal yang sama. Pada bulan maret 2017 terjadi demo besar-besaran para pengemudi taksi terhadap transportasi online yang dianggap mengambil lahan kerja mereka. Tetapi sekarang sudah ada beberapa perusahaan taksi yang menjalin kerja sama dengan perusahaan transportasi online.

Ojek online adalah solusi dari berbagai masalah yang ada di masing-masing individu. Solusi untuk tukang ojek pangkalan sudah jelas bahwa mereka dapat bergabung bersama ojek online. Perusahaan ojek online juga memberikan pintu kesempatan yang lebar untuk pengemudi ojek pangkalan bergabung. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan taksi sudah cukup tepat. Merka dapat melebur dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan perusahaan mereka tanpa harus menjatuhkan satu sama lain.


Apakah ojek online harus dihapuskan? Sepertinya tidak. Ojek online adalah buah dari kemajuan teknologi. Bagaimana bisa kita menolak untuk maju dan memilih untuk tetap atau bahkan mundur?

Kamis, 13 Juli 2017

Tidak Seharusnya Rambut Pemain Sepak Bola Diatur.

Dalam sepak bola modern, pemain sepak bola identik dengan rambut. Untuk sekarang ini tentu kita akan tahu dengan Cristiano Ronaldo. Ya, sebagai pria yang menjadi sorotan dunia, model rambut sangat penting baginya. CR7, julukan Cristiano Ronaldo, acap kali mengganti model rambutnya. Entah warna rambut, model, atau sekarang dia bahkan menggunakan gaya cepak.

Nama lain, tentu kita tidak boleh melupakan manusia termahal di dunia sepak bola, Paul Pogba. Sama seperti pemain bola yang peduli akan rambut, punggawa ini sering mengganti model rambutnya. Bahkan dia sempat dijadikan lelucan bahwa model rambut dia selama di Manchester United (MU) lebih banyak dari kontribusi yang dia berikan.

Untuk era yang lebih mundur lagi. Kita kenal dengan pria flamboyant yang sangat modis baik di luar ataupun di dalam lapangan, siapa lagi jika bukan David Beckham. Gelandang yang pernah bermain untuk Manchester United, David Beckham, dan AC Milan ini dikenal dengan berbagai model rambutnya. Jika pria jatuh cinta dengan kemampuan olah bola dan kehebatan tendangan bebasnya, maka para wanita jatuh cinta dengan badannya yang atletis, wajahnya yang tampan, dan tentu rambutnya yang unik dan kece.

Itu adalah contoh beberapa pemain sepak bola hebat yang memiliki hobi gonta-ganti rambut. Di Indonesia, ada kabar yang sedang hangat dan menjadi kontroversi di dunia sepak bola Indonesia. Musababnya adalah Ketua Umum PSSI saat ini yang juga Pangkostrad TNI Letjen Edy Rahmayadi menyarankan para pemain timnas mencukur rambutnya menjadi cepak. Hal itu sontak menimbulkan pro-kontra di antara penggemar sepak bola.

Rambut cepak identik dengan TNI. Hal yang wajar jika Edy menyarankan seperti itu mengingat lata belakangnya adalah tentara. “ Cukurlah rambutmu menjadi cepak. Pemain bola itu petarung. Tak sempat memainkan rambut ketika bertanding. Tentara sama pemain bola itu sama. Apa ikut pemain luar negri yang rambutnya diwarnain, Yang diikuti itu mainnya bukan rambutnya,” tegas Edy.
Edy benar, pemain sepak bola adalah prajurit, mereka juga membela negara ketika dipangil ke timnas. Tetapi, tentu mereka berbeda dengan tentara. Latar belakang berbeda, medan perang berbeda, budaya yang berbeda, cara bertarung dan juga senjata yang digunakan juga berbeda.

Tidak adil jika kita menyamakan mereka berdua dengan setara. Tentara memang peraturannya rambut harus cepak, tetapi pemain bola tidak. Biarkan para pemain berkreasi sesuka mereka. Terkadang, model rambut bisa saja menjadi penyemangat saat bermain.

Urusan rambut seharusnya menjadi hak masing-masing, sama seperti agama, mereka bisa memilih apa yang mereka mau, suka, dan cocok tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak lain. Pemain bebas mau menggunakan model rambut apa.

Ketiga pemain di pembuka artikel ini adalah contoh pemain sepak bola yang hebat dan sukses meski gaya rambut mereka beragam. Secara langsung, model rambut dan skill bermain tidak berkorelasi. Jago ya jago, tidak ya tidak, apa pun model rambutnya.

Sekali lagi, rambut itu hak masing-masing pemain. Di lapangan, mungkin rambut hanyalah sebatas gaya. Tapi tentu gaya permainan tidak terpengaruh oleh model rambut. Ada pemain yang rambutnya dibuat bebrgai model, unik, diwarnain, toh skill tetap ada, tetap berprestasi. Cepak atau botak pun begitu, ada yang jago ada yang tidak.

Kalau berbicara disiplin, hukumlah yang menentang intruksi pelatih, atau yang mangkir saat latihan. Bukan karena rambutnya, mereka bukan anak sekolah lagi yang rambutnya diatur-atur.

Daripada mengurusi soal rambut, ada baiknya PSSI focus ke sektor teknis yang lebih penting. Membenahi struktur, Merapihkan peraturan. Untuk hal ini, Liga 1 sering diolok menjadi liga suka-suka. Seringnya PSSI membuat atau mengganti peraturan secara tiba-tiba, dan juga tidak konsistensi soal peraturan tersebut.

Wasit juga menjadi sorotan utama tentunya. Banyak yang mengeluhkan standar danm kualitas wasit yabg bertugas masih jauh dari kata baik. PSSI bisa fokus berbenah di sketor ini, akrena sangat vital. Pengembangan pemain muda juga penting, untuk berkelanjutan dan regenerasi pemain di setiap daerah. Prestasi masa depan dimulai dari pengembangan pemain muda pada saat ini. Pengembangan pemain jelek? Jangan harap akan meraih prestasi optimal di kemudian hari.


Banyak negara dan tim juara karena keahlian pemainnya, bukan model rambutnya. Medan perang yang dihadapi prajurit ini adalah lapangan sepak bola, yang mempunyai cerita dan keunikannya sendiri. Saat berada di lapangan, semua mata tertuju kepada pemain, maka dari itu, mereka tidak mau tampil mengecewakan dari segi permainan, maupun penampilan. (AP29)